Selasa, 07 September 2010

“Hajar Cecunguk Malayan itu!”



Untuk urusan mengganyang Malaysia, memang baru Bung Karno ahlinya…. Semua dokumen yang ada di seputar tahun 1964 – 1966, pasca Bung Karno mengobarkan Dwikora (dua komando rakyat), menunjukkan bahwa satu langkah lagi, Malaysia hancur lebur oleh gempuran Indonesia yang didukung angkatan bersenjata dan para relawan. Relawan bukan saja yang datang dari rakyat Indonesia sendiri, tetapi juga dari rakyat Malaysia yang tidak sudi dengan taktik Inggris melanggengkan penjajahannya di negeri jiran itu.
Kobaran Dwikora, diteriakkan Bung Karno pada tanggal 27 Juli 1963. Sejak itu pula, semua elemen bangsa melakukan persiapan untuk berkonfrontasi dengan Malaysia. Malaysia di sini harus kita baca sebagai boneka Inggris. Artinya, yang hendak kita lawan adalah Inggris dan semua pasukan sepersemakmuran, seperti Australia, Selandia Baru, bahkan Gurkha, pasukan dengan anggota bangsa India yang dilatih oleh Inggris.
Pasukan Malaysia sendiri sama sekali tidak masuk dalam hitungan Bung Karno. Terlebih bahwa mereka tak lebih dari “bayi” prematur yang masih harus mencari kehangatan di balik ketiak Inggris, sang bidan yang melahirkannya melalui cara-cara licik, dan mengingkari kesepakatan Maphilindo dan PBB. Simak sebagian isi pidato Bung Karno sebagai berikut:
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Terbayangkah kita suasana heroik ketika itu? Siapa orangnya yang tidak terbakar hatinya. Siapa orangnya yang tidak ingin berbondong-bondong dengan semangat baja merata-tanahkan negeri boneka bernama Malaysia itu. (roso daras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar